Puasa Arafah merupakan ibadah sunnah tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, bertepatan dengan hari Arafah. Puasa ini dianjurkan bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Sementara itu, bagi mereka yang tengah berhaji, tidak disarankan untuk berpuasa pada hari tersebut. Bagi yang belum dapat melaksanakan haji karena keterbatasan biaya, tidak perlu merasa khawatir karena masih bisa menjalankan ibadah lain yang memiliki pahala besar.
Perlu dicatat bahwa anjuran puasa sunnah Arafah ini tidak disebabkan oleh pelaksanaan wukuf di padang Arafah oleh para jamaah haji, tetapi lebih karena datangnya hari Arafah itu sendiri. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Makkah, yang berkisar 4 hingga 5 jam, tidak mempengaruhi pelaksanaan ibadah puasa yang harus disesuaikan dengan waktu setempat, baik dalam hitungan jam maupun awal bulan. Hal ini juga berlaku untuk ibadah-ibadah lainnya seperti dhuha, sholat tasbih, dan tahajud.
Hari Arafah sendiri adalah waktu yang sangat istimewa dan memiliki berbagai keutamaan, menjadi puncak berkumpulnya para jamaah haji untuk wukuf di Arafah sehari sebelum Idul Adha. Umat Islam di seluruh dunia menyambut hari ini dengan melaksanakan puasa sunnah, kecuali bagi mereka yang belum mengetahui atau tidak percaya bahwa hari Arafah memiliki keistimewaan yang tinggi. Oleh karena itu, mengetahui niat puasa Idul Adha menjadi penting.
Setiap ibadah, baik sunnah maupun wajib, memiliki keutamaannya sendiri, termasuk puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah atau sehari sebelum Idul Adha. Puasa Arafah memiliki keistimewaan seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa puasa ini dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan yang akan datang, seperti sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam:
"Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang Ialu." (HR.Muslim no. 1162)
Keutamaan Puasa Tarwiyah dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah atau sehari sebelum puasa Arafah, disebutkan dalam hadits yang berbunyi "bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun". Namun, hadits ini berstatus lemah (dhaif) dan para ulama sepakat bahwa hadits dhaif dapat diamalkan hanya dalam rangka memperoleh keutamaan (fadla'ilul a'mal) selama tidak berkaitan dengan masalah akidah dan hukum.
Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah sebelum Idul Adha adalah waktu yang sangat utama untuk diisi dengan kebaikan dan amal shalih, termasuk puasa. Sehingga, puasa sunnah tidak hanya dianjurkan pada dua hari, yakni Arafah dan Tarwiyah, tetapi juga lebih baik jika dilakukan sejak awal bulan. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits dari Ibn Abbas RA yang meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:
Diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada perbuatan yang Iebih disukai oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulallah, walaupun jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian tidak kembali selama-Iamanya atau menjadi syahid. (HR Bukhari).
Namun, manusia seringkali merasa malas untuk melaksanakan ibadah yang lama meskipun keutamaannya telah dijelaskan dalam berbagai hadits. Oleh karena itu, jika tidak memungkinkan untuk berpuasa selama sembilan hari dari tanggal 1 hingga sebelum Idul Adha, setidaknya jangan tinggalkan puasa pada hari Tarwiyah dan Arafah selama dua hari saja. Sebagaimana disebutkan dalam hadits lain:
"Jika tiba hari Arafah, tidaklah seseorang masih mempunyai setitik iman dalam hatinya melainkan ia akan diampuni. Lantas ada yang bertanya: Ya Rasulallah, apakah terkhusus bagi yang wukuf di Arafah saja atau untuk semua manusia? Rasulullah menjawab: Untuk semua manusia" (HR. Abu Daud).
Bagi mereka yang ingin berpuasa pada hari Arafah dan Tarwiyah serta sebelum Idul Adha, tidak hanya perlu mengetahui waktu pelaksanaannya, tetapi juga harus memahami tata cara, hal yang membatalkan, serta syarat dan rukun puasa sunnah termasuk niat. Panduan puasa pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah ini tidak berbeda dengan puasa sunnah lainnya, yaitu dimulai sejak terbit hingga terbenamnya matahari.